BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Republik
Afrika Selatan atau Uni Afrika Selatan adalah sebuah negara di Afrikabagian
selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan Namibia, Botswana danZimbabwe di
utara, Mozambik dan Swaziland di timur laut. Keseluruhan negaraLesotho terletak
di pedalaman Afrika Selatan.
Pada
masa dahulu, pemerintahan negara ini dikecam karena politik‘apartheid’nya
tetapi sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratisdengan penduduk
kulit putih terbesar di benua Afrika. Afrika Selatan jugamerupakan negara
dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasaresmi. Negara ini juga
terkenal sebagai produsen berlian, emas dan platinumyang utama di dunia.
Mendengar
kata Afrika Selatan pasti tak pernah lepas dari “apartheid dan Nelson Mandela”.
Negara yang memiliki 11 bahasa resmi termasuk di dalamnya bahasa English,
Afrikaans, Sesotho, Setswana, Xhosa dan Zulu ini hingga sampai pada tahun 1994
masih didominasi oleh kekuatan superior kulit putih, meski pada saat itu
Mandela telah menjabat sebagai presiden berkulit hitam pertama di sana.
Pemerintahan kulit putih yang dalam hal ini terlalu bertindak dengan melihat
seseorang itu dari ras apa. Meski negara ini merupakan negara yang tak lepas
dari masalah, namun negara ini juga telah sukses mengadakan tiga kali pemilihan
umum tentunya semenjak pemerintahan tak lagi didominasi oleh kulit putih
tentunya. Kekuatan yang mendasari dari benua Afrika juga tak lepas dari
perekonomian di negara ini.
Lihat saja melalui sumber daya alam yang
terdapat di negara ini, ada emas yang menjadi kebanggaannya, ada juga berlian,
mineral, platinum dsb. Negara Afrika Selatan terbagi menjadi 9 provinsi (Cape
Timur,Barat, Utara, Free State, Gauteng, KwaZulu-Natal, Limpopo, Mpumalanga,
North-West). Meski negara ini beribukotakan Pretoria, namun terdapat tiga
pemerintahan yang menjadi pusatnya. Pretoria, Cape Town, dan Bloemfontein.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah dari negara Afrika Selatan itu sendiri ?
2. Bagaimana
negara Afrika Selatan dibawah politik Apartheid ?
3. Bagaimana
hubungan antara Indonesia dengan Afrika Selatan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Afrika Selatan
Afrika
Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak sukutelah
menjadi penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu.Penjelajah
Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652. Padasaat itu
Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuancadangan
berlian yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Inggris-Belandadan dua Perang
Boer. Pada 1910, empat republik utama digabung di bawahKesatuan Afrika Selatan.
Pada 1931,
Afrika
Selatan menjadi jajahan Inggris sepenuhnya.Walaupun negara ini berada di bawah
jajahan Inggris, mereka terpaksa berbagikuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian
kuasa ini telah berlanjut hingga tahun1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu
Partai Nasional (NP) memperolehmayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai
tersebut telah menciptakan dasarapartheid (yang disahkan pada tahun 1948),
suatu cara untuk mengawal sistemekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit
putih dan diskriminasi ras.Namun demikian pemerintahan Inggris kerap kali
menggagalkan usahaapartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.Pada tahun 1961,
setelah pemilu khusus kaum kulit putih, Afrika Selatandideklarasikan sebagai
sebuah republik. Bermula pada 1960-an, ‘GrandApartheid’ (apartheid besar)
dilaksanakan, politik ini menekankan pengasinganwilayah dan kezaliman pihak
polisi.
Penindasan
kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20. PadaFebruari 1990,
akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dariberbagai gerakan
anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC),pemerintahan Partai
Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarikbalik larangan
terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politikberhaluan kiri yang
lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara.Undang-undang apartheid mulai
dihapus secara perlahan-lahan dan pemilutanpa diskriminasi yang pertama
diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraihkemenangan yang besar dan Nelson
Mandela, dilantik sebagai Presiden kulithitam yang pertama di Afrika Selatan.
Walaupun kekuasaan sudah berada ditangan kaum kulit hitam, berjuta-juta
penduduknya masih hidup dalamkemiskinan.Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden
negara ini selama 5 tahun,pemerintahannya telah berjanji untuk melaksanakan
perubahan terutamanyadalam isu-isu yang telah diabaikan semasa era apartheid.
Beberapa isu-isu yangditangani oleh pemerintahan pimpinan ANC adalah seperti
pengangguran,wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela
jugamula memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global
setelahbeberapa tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu,
dalamusaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuahkomite
yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawahpimpinan
Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah
seperti badan polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapathidup dalam aman dan
harmonis.Presiden Mandela menumpukan seluruh perhatiannya terhadap perdamaian
ditahap nasional, dan mencoba untuk membina suatu jatidiri untuk Afrika
Selatandalam masyarakat majemuk yang terpisah oleh konflik yang
berlarut-larutselama beberapa dasawarsa.
Kemampuan Mandela dalam mencapai
objektifnya jelas terbukti karena selepas 1994 negara ini telah bebas dari
konflik politik.Nelson Mandela meletakkan jabatannya sebagai presiden partai
ANC padaDesember 1997, untuk memberi kesempatan kepada Presiden yang baru
yaitu Thabo Mbeki. Mbeki dipilih sebagai presiden Afrika Selatan selepas
memenangipemilu nasional pada tahun 1999, dan partainya menang tipis dua
pertigamayoritas di parlemen. Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus
pemerintahandari pendamaian ke perubahan, terutama dari segi ekonomi negara.
B. Afrika Selatan dibawah politik
Apartheid
Apharteid berasal dari bahasa Belanda yang
artinya pemisahan. Pemisahan disini berarti pemisahan orang-orang Belanda (kulit
putih) dengan penduduk asli Afrika (kulit hitam).Apharteid kemudian berkembang menjadi suatu kebijakan politik dan
menjadi politik resmi pemerintah Afrika Selatan yang terdiri dari
program-program dan pertaruran-peraturan yang bertujuan untuk
melestarikanpemisahan rasial. Secara struktual, Apartheid berarti kebijaksanaan
mempertahankan dominasi minoritas kulit putih atas mayoritas bukan kulit putih
melalui pengaturan masyarakat di bidang social, budaya, politik, militer dan ekonomi.
Kebijakan ini berlaku th1948. Pada saat itu Afrika Selatan dibagi menjadi 4
golras utama yaitu kulit putih, kulit hitam, kulit berwarna, kulit Asia.
Masalah Apartheid berawal dari pendudukan yang
dlakukanoleh bangsa Eropa di Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Afrika
Selatan adalah bangsa Belanda. Bangsa Belanda datang ke Afrika Selatan dipimpin
oleh Jan Anthony van Riebeeck. Kedatangan Belanda ini mnimbulkan masalah dalam
kehidupan masyarakat Afrika Selatan.
Daerah Afrika Selatan selain tanahnya subur juga memiliki
hasil penambangan emas. Derah itu pada awalnya dikuasai oleh bangsa Portugis,
tetapi sejak abad ke-7 diambil alih oleh bangsa Belanda. Sejak itu daerah Afrika
Selatan menjadi koloni Belanda dan banyak orang-orang Belanda yang datang dan
menetap di daerah itu. Pada tahun 1812 orang-orang Inggris juga datang di
Afrika Selatan dan berhasil mendesak orang-orang Belanda (Boer). Setelah
terlibat dalam perang hebat (perang Boer) bangsa Belanda mengalami kekalahan,
sehingga Afrika Selatan kemudian dibagi dua. Afrika Selatan bagian utara
diduduki oleh Bangsa Boer, sedangkan bagian selatannya diduduki oleh Inggris.
Di bagian selatan, Inggris mendirikan Natal dan Cape Town sebagai daerah koloni
mereka, sedangkan di bagian utara berdiri dua negara, yaitu Oranye Vrijstaat
dan Transvaal oleh Bangsa Boer.
Walaupun masing-masing telah memiliki bagian, peperangan
masih saja terus berlangsung. Hingga tahun 1910 Inggris berhasil mempersatukan
seluruh Afrika Selatan dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi Republik dengan
presidennya Hendrik Verwoed. Di masa pemerintahannya ia bermaksud untuk
memisahkan golongan minoritas kulit putih dengan golongan mayoritas kulit
hitam. Kebijakan Verwoed inilah yang kemudian berkembang menjadi semacam
diskriminasi rasial atau perbedaan warna kulit yang kemudian dikenal dengan
nama Apartheid.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya
baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan
kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada
tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan
warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap
rakyat kulit hitam.
Verwoed menyusun rencana pembentukan homeland, yang disebut
juga Batustan. Homeland dilaksanakan dengan diadakannya pembagian kembali
Afrika Selatan berdasarkan wilayah kesukuan. Tiap orang kulit hitam Afrika
Selatan diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar tempat
lahirnya. Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk
perangsang termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland.
Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari proyek itu.
Partai Nasional memenangkan pemilihan umum dengan program
Politik Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan kemurnian ras
dibatasi. Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya
berlaku untuk golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok
yang lebih kecil. Kemenangan Partai Nasional bukan suatu kebetulan, melainkan
merupakan hasil situasi Afrika Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai
Nasional bergerak secara sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam
parlemen dan memperluas kedudukannya di luar parlemen.
Pergerakan
Politik Afrika Selatan dalam Menentang Politik Apartheid.
Setelah
partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis dilembagakan dan
dituangkan dalam undang-undang sehingga orang kulit putih menguasai rakyat
pribumi dan secara berangsur-angsur merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang
kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara kodrat orang kulit putih
memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin.
Dengan
adanya orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka mereka mulai
mengambil langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika Native
National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk mengajukan
protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African National (SANC)
pada tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African National
Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika Selatan
diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh orang
kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan
konstitusional.
Perjuangan
ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National Land Act
yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di wilayah
orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap bagi hasil”. Pada tahun 1919 –
1920, ANC melancarkan kampanye menentang peraturan-peraturan kewajiban orang
kulit hitam membawa pas. ANC mengalami kemunduran setelah pemerintah Afrika Selatan
mengambil tindakan keras dan tegas. Untuk sementara peranannya diambil alih
oleh ICU (Industrial and Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC
memperluas keanggotaannya dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada
tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih
melancarkan suatu perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970
dan kejadian serupa sering terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan yang
dilakukan oleh ANC. Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang menentang politik
Apartheid mengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar bagi
Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak 156
orang pemimpin ditangkap karena dituduh berkomplot akan menggulingkan
pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut hingga akhirnya mereka dibebaskan
pada tahun 1961. sementara ANC kehilangan pemimpin-pemimpinnya, sejumlah
anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan Africanist Congress (PAC). Pada
tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa
itu sebanyak 69 orang tewas ditembak oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC
dan PAC akhirnya dilarang setelah peristiwa itu.
Pembantaian
di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di kalangan
orang kulit hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan Afrika
Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan jalan damai tidak bisa maka ditempuh
jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang kulit hitam mendirikan
organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase terhadap milik
orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan
mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk
diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada
tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM Vorster. Pada
pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan wilayah bagi
negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar diselenggarakan suatu konvensi
multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru dan dia tidak akan
mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara.
Tekanan-tekanan
semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan
demontrasi protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota
orang kulit hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan
lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black
Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada
tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan agar
mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan
melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada
tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau kepada semua
negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan militer kepada
Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh
pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua negara
agar menggunakan embargo senjata. Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban
ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan terhadap demonstran yang
menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK
mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid
adalah suatu kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta
mengakui sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
C. Hubungan Indonesia dengan Afrika
Selatan
Hubungan
politik antara Indonesia dan Afrika Selatan terjalin lama sejak sebelum
pembukaan hubungan diplomatik. Indonesia mendukung the African National
Congress (ANC) pada masa perjuangan melawan Apartheid, dan menjaga posisi ini
terus menerus serta memberikan sanksi terhadap rejim Apartheid. Hubungan
bilateral antara the ANC dan Indonesia memberikan sebuah platform bagi negara –
negara di Asia untuk berjuang melawan Apartheid.
Republik
Afrika Selatan dan Republik Indonesia membuka hubungan diplomatik pada bulan
Agustus 1994. Kedutaan Republik Afrika Selatan didirikan pada bulan Januari
1995 di Jakarta. Afrika Selatan dan Indonesia adalah anggota Gerakan Non-Blok
yang aktif, dan telah bekerja sama dengan erat dalam meningkatakan prinsip –
prinsip kerjasama Selatan – Selatan. Kedua negara telah memainkan peranan
penting dalam meningkatkan peranan Selatan dan meningkatkan dialog Utara –
Selatan. Suatu hal yang patut digarisbawahi adalah pada saat Indonesia menjadi
tuan rumah Konperensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955, Indonesia
mengundang the ANC sebagai wakil dari Afrika Selatan untuk konperensi ini.
Perjanjian
Komisi Bersama ditandatangani pada bulan Maret 2004 untuk memastikan pendekatan
yang lebih terkoordinasi dalam mencapai kepentingan bilateral yang sama antara
Afrika Selatan dan Indonesia. Afrika Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam
menkoordinasikan kegiatan – kegiatan New Asia-Africa Strategic Partnership
(NAASP) / Kemitraan Strategis Asia – Afrika Baru. Kedua negara juga memiliki
mandat untuk menjadi co-chair Pertemuan Asia – Afrika mendatang yang
dijadualkan akan diselenggarakan di Afrika Selatan pada tahun 2010.
Tanggungjawab sebagai tuan rumah bersama memberikan platform yang lain untuk
hubungan dan pemahamam yang lebih dekat antara kedua negara.
Pada
tahun 2008, Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan dengan
menandatangani Strategic Partnership Joint Declaration (Deklarasi Bersama
Kemitraan Strategis) yang memiliki arti penting untuk meningkatkan hubungan
kedua negara yang telah lama terjalin menuju ke tingkat yang baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tahun
1910, Kesatuan Afrika Selatan didirikan dari empat daerah yaitu Cape, Natal, Transvaal
dan Free State. Kesatuan ini adalah lebih kepada kesatuan kaum kulit putih dari
segi hak dan kuasa politik. Manakala, penduduk kulit hitam dikesampingkan.
Akibatnya, kaum kulit hitam menentang kesatuan ini. Walaupun terdapat
penentangan yang hebat terhadap kerajaan berbentuk perkauman, Akta Tanah Pribumi
(Natives Land Act) digubal pada tahun 1913. Akta ini menetapkan kawasan-kawasan
penempatan yang dipanggil "homeland" yang dapat diduduki oleh kaum
kulit hitam. Penempatan ini hanya merangkumi 13% kawasan di seluruh Afrika
Selatan. Selain itu, lebih banyak akta diskriminasi digubal, seperti pemberian
kerja yang memihak kepada kaum kulit putih. Pada 1930 an, diskriminasi
perkauman menjadi semakin teruk akibat kebangkitan semangat nasionalisme di
kalangan bangsa Afrikaner.
Gabungan ini
berhasil menyatukan suku Afrikaner dan Inggris. Namun, perkongsian kuasa ini
berakhir pada 1939 sewaktu Perang Dunia II meletus. Perpecahan ini berlaku
kerana kesatuan tersebut menyokong pihak Inggris, manakala suku berhaluan kanan
Partai Kebangsaan, bersimpati pula dengan regim Nazi di Jerman.
Nelson
Mandela tidak pernah lelah memperjuangkan demokrasi dan persamaan hak. Hidupnya
telah menjadi inspirasi di Afrika Selatan dan seluruh dunia. Semua berawal dari
mimpi Mandela dimana dia akan menciptakan kebebasan bagi orang-orang kulit
hitam yang menderita akibat kekejaman politik apartheid. Politik apartheid
dicanangkan oleh Partai Nasional yang saat itu berkuasa mulai 1984. Tapi mereka
pula yang meruntuhkannya setelah mendapat desakan dari dunia internasional.
Dan, yang terutama atas desakan dari bawah, para pejuang yang dimotori
Mandela.Dan usahanya bertahun-tahun itu berhasil.
DAFTAR
PUSTAKA
Marquard,
Leo. 1968. A Short History of South
Africa. New York: Frederick A. Praeger (Pusat: 968 MAR s).
Rivkin,
Arnold. 1969. Nation Building in Africa:
Problems & Prospect. New Jersey: Rutgers University Press (Pusat: 960
RIV n).
Soepartignyo.
1993. Sejarah Afrika: Tinjauan Umum dan
Dilema Perjuangan. Malang: OPF IKIP Malang.