widget

19 May 2011

Afrika Selatan: Politik Apartheid


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Republik Afrika Selatan atau Uni Afrika Selatan adalah sebuah negara di Afrikabagian selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan Namibia, Botswana danZimbabwe di utara, Mozambik dan Swaziland di timur laut. Keseluruhan negaraLesotho terletak di pedalaman Afrika Selatan.
Pada masa dahulu, pemerintahan negara ini dikecam karena politik‘apartheid’nya tetapi sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratisdengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika. Afrika Selatan jugamerupakan negara dengan berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasaresmi. Negara ini juga terkenal sebagai produsen berlian, emas dan platinumyang utama di dunia.
Mendengar kata Afrika Selatan pasti tak pernah lepas dari “apartheid dan Nelson Mandela”. Negara yang memiliki 11 bahasa resmi termasuk di dalamnya bahasa English, Afrikaans, Sesotho, Setswana, Xhosa dan Zulu ini hingga sampai pada tahun 1994 masih didominasi oleh kekuatan superior kulit putih, meski pada saat itu Mandela telah menjabat sebagai presiden berkulit hitam pertama di sana. Pemerintahan kulit putih yang dalam hal ini terlalu bertindak dengan melihat seseorang itu dari ras apa. Meski negara ini merupakan negara yang tak lepas dari masalah, namun negara ini juga telah sukses mengadakan tiga kali pemilihan umum tentunya semenjak pemerintahan tak lagi didominasi oleh kulit putih tentunya. Kekuatan yang mendasari dari benua Afrika juga tak lepas dari perekonomian di negara ini.
 Lihat saja melalui sumber daya alam yang terdapat di negara ini, ada emas yang menjadi kebanggaannya, ada juga berlian, mineral, platinum dsb. Negara Afrika Selatan terbagi menjadi 9 provinsi (Cape Timur,Barat, Utara, Free State, Gauteng, KwaZulu-Natal, Limpopo, Mpumalanga, North-West). Meski negara ini beribukotakan Pretoria, namun terdapat tiga pemerintahan yang menjadi pusatnya. Pretoria, Cape Town, dan Bloemfontein.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah dari negara Afrika Selatan itu sendiri ?
2.      Bagaimana negara Afrika Selatan dibawah politik Apartheid ?
3.      Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Afrika Selatan ?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Afrika Selatan
Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak sukutelah menjadi penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu.Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652. Padasaat itu Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuancadangan berlian yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Inggris-Belandadan dua Perang Boer. Pada 1910, empat republik utama digabung di bawahKesatuan Afrika Selatan. Pada 1931,

Afrika Selatan menjadi jajahan Inggris sepenuhnya.Walaupun negara ini berada di bawah jajahan Inggris, mereka terpaksa berbagikuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP) memperolehmayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan dasarapartheid (yang disahkan pada tahun 1948), suatu cara untuk mengawal sistemekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras.Namun demikian pemerintahan Inggris kerap kali menggagalkan usahaapartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.Pada tahun 1961, setelah pemilu khusus kaum kulit putih, Afrika Selatandideklarasikan sebagai sebuah republik. Bermula pada 1960-an, ‘GrandApartheid’ (apartheid besar) dilaksanakan, politik ini menekankan pengasinganwilayah dan kezaliman pihak polisi.

Penindasan kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20. PadaFebruari 1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dariberbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC),pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarikbalik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politikberhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara.Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilutanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraihkemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden kulithitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada ditangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalamkemiskinan.Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5 tahun,pemerintahannya telah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanyadalam isu-isu yang telah diabaikan semasa era apartheid. Beberapa isu-isu yangditangani oleh pemerintahan pimpinan ANC adalah seperti pengangguran,wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela jugamula memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global setelahbeberapa tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu, dalamusaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuahkomite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawahpimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapathidup dalam aman dan harmonis.Presiden Mandela menumpukan seluruh perhatiannya terhadap perdamaian ditahap nasional, dan mencoba untuk membina suatu jatidiri untuk Afrika Selatandalam masyarakat majemuk yang terpisah oleh konflik yang berlarut-larutselama beberapa dasawarsa.

 Kemampuan Mandela dalam mencapai objektifnya jelas terbukti karena selepas 1994 negara ini telah bebas dari konflik politik.Nelson Mandela meletakkan jabatannya sebagai presiden partai ANC padaDesember 1997, untuk memberi kesempatan kepada Presiden yang baru yaitu Thabo Mbeki. Mbeki dipilih sebagai presiden Afrika Selatan selepas memenangipemilu nasional pada tahun 1999, dan partainya menang tipis dua pertigamayoritas di parlemen. Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus pemerintahandari pendamaian ke perubahan, terutama dari segi ekonomi negara.



B.     Afrika Selatan dibawah politik Apartheid
Apharteid berasal dari bahasa Belanda yang artinya pemisahan. Pemisahan disini berarti pemisahan orang-orang Belanda (kulit putih) dengan penduduk asli Afrika (kulit hitam).Apharteid kemudian  berkembang menjadi suatu kebijakan politik dan menjadi politik resmi pemerintah Afrika Selatan yang terdiri dari program-program dan pertaruran-peraturan yang bertujuan untuk melestarikanpemisahan rasial. Secara struktual, Apartheid berarti kebijaksanaan mempertahankan dominasi minoritas kulit putih atas mayoritas bukan kulit putih melalui pengaturan masyarakat di bidang social, budaya, politik, militer dan ekonomi. Kebijakan ini berlaku th1948. Pada saat itu Afrika Selatan dibagi menjadi 4 golras utama yaitu kulit putih, kulit hitam, kulit berwarna, kulit  Asia.

Masalah Apartheid berawal dari pendudukan yang dlakukanoleh bangsa Eropa di Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Afrika Selatan adalah bangsa Belanda. Bangsa Belanda datang ke Afrika Selatan dipimpin oleh Jan Anthony van Riebeeck. Kedatangan Belanda ini mnimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat Afrika Selatan.

Daerah Afrika Selatan selain tanahnya subur juga memiliki hasil penambangan emas. Derah itu pada awalnya dikuasai oleh bangsa Portugis, tetapi sejak abad ke-7 diambil alih oleh bangsa Belanda. Sejak itu daerah Afrika Selatan menjadi koloni Belanda dan banyak orang-orang Belanda yang datang dan menetap di daerah itu. Pada tahun 1812 orang-orang Inggris juga datang di Afrika Selatan dan berhasil mendesak orang-orang Belanda (Boer). Setelah terlibat dalam perang hebat (perang Boer) bangsa Belanda mengalami kekalahan, sehingga Afrika Selatan kemudian dibagi dua. Afrika Selatan bagian utara diduduki oleh Bangsa Boer, sedangkan bagian selatannya diduduki oleh Inggris. Di bagian selatan, Inggris mendirikan Natal dan Cape Town sebagai daerah koloni mereka, sedangkan di bagian utara berdiri dua negara, yaitu Oranye Vrijstaat dan Transvaal oleh Bangsa Boer.

Walaupun masing-masing telah memiliki bagian, peperangan masih saja terus berlangsung. Hingga tahun 1910 Inggris berhasil mempersatukan seluruh Afrika Selatan dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi Republik dengan presidennya Hendrik Verwoed. Di masa pemerintahannya ia bermaksud untuk memisahkan golongan minoritas kulit putih dengan golongan mayoritas kulit hitam. Kebijakan Verwoed inilah yang kemudian berkembang menjadi semacam diskriminasi rasial atau perbedaan warna kulit yang kemudian dikenal dengan nama Apartheid.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.

Verwoed menyusun rencana pembentukan homeland, yang disebut juga Batustan. Homeland dilaksanakan dengan diadakannya pembagian kembali Afrika Selatan berdasarkan wilayah kesukuan. Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar tempat lahirnya. Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland. Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari proyek itu.

Partai Nasional memenangkan pemilihan umum dengan program Politik Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan kemurnian ras dibatasi. Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih kecil. Kemenangan Partai Nasional bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan hasil situasi Afrika Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai Nasional bergerak secara sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam parlemen dan memperluas kedudukannya di luar parlemen.

Pergerakan Politik Afrika Selatan dalam Menentang Politik Apartheid.
Setelah partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis dilembagakan dan dituangkan dalam undang-undang sehingga orang kulit putih menguasai rakyat pribumi dan secara berangsur-angsur merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara kodrat orang kulit putih memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin.

Dengan adanya orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka mereka mulai mengambil langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika Native National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk mengajukan protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African National (SANC) pada tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African National Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika Selatan diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh orang kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan konstitusional.
Perjuangan ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National Land Act yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di wilayah orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap bagi hasil”. Pada tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan kampanye menentang peraturan-peraturan kewajiban orang kulit hitam membawa pas. ANC mengalami kemunduran setelah pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan keras dan tegas. Untuk sementara peranannya diambil alih oleh ICU (Industrial and Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas keanggotaannya dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih melancarkan suatu perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970 dan kejadian serupa sering terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh ANC. Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang menentang politik Apartheid mengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar bagi Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak 156 orang pemimpin ditangkap karena dituduh berkomplot akan menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut hingga akhirnya mereka dibebaskan pada tahun 1961. sementara ANC kehilangan pemimpin-pemimpinnya, sejumlah anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan Africanist Congress (PAC). Pada tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa itu sebanyak 69 orang tewas ditembak oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang setelah peristiwa itu.
Pembantaian di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di kalangan orang kulit hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan jalan damai tidak bisa maka ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang kulit hitam mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase terhadap milik orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM Vorster. Pada pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan wilayah bagi negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar diselenggarakan suatu konvensi multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru dan dia tidak akan mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara.
Tekanan-tekanan semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan demontrasi protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota orang kulit hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan agar mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau kepada semua negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan militer kepada Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua negara agar menggunakan embargo senjata. Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan terhadap demonstran yang menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid adalah suatu kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta mengakui sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
C.    Hubungan Indonesia dengan Afrika Selatan
Hubungan politik antara Indonesia dan Afrika Selatan terjalin lama sejak sebelum pembukaan hubungan diplomatik. Indonesia mendukung the African National Congress (ANC) pada masa perjuangan melawan Apartheid, dan menjaga posisi ini terus menerus serta memberikan sanksi terhadap rejim Apartheid. Hubungan bilateral antara the ANC dan Indonesia memberikan sebuah platform bagi negara – negara di Asia untuk berjuang melawan Apartheid.
Republik Afrika Selatan dan Republik Indonesia membuka hubungan diplomatik pada bulan Agustus 1994. Kedutaan Republik Afrika Selatan didirikan pada bulan Januari 1995 di Jakarta. Afrika Selatan dan Indonesia adalah anggota Gerakan Non-Blok yang aktif, dan telah bekerja sama dengan erat dalam meningkatakan prinsip – prinsip kerjasama Selatan – Selatan. Kedua negara telah memainkan peranan penting dalam meningkatkan peranan Selatan dan meningkatkan dialog Utara – Selatan. Suatu hal yang patut digarisbawahi adalah pada saat Indonesia menjadi tuan rumah Konperensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955, Indonesia mengundang the ANC sebagai wakil dari Afrika Selatan untuk konperensi ini.
Perjanjian Komisi Bersama ditandatangani pada bulan Maret 2004 untuk memastikan pendekatan yang lebih terkoordinasi dalam mencapai kepentingan bilateral yang sama antara Afrika Selatan dan Indonesia. Afrika Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam menkoordinasikan kegiatan – kegiatan New Asia-Africa Strategic Partnership (NAASP) / Kemitraan Strategis Asia – Afrika Baru. Kedua negara juga memiliki mandat untuk menjadi co-chair Pertemuan Asia – Afrika mendatang yang dijadualkan akan diselenggarakan di Afrika Selatan pada tahun 2010. Tanggungjawab sebagai tuan rumah bersama memberikan platform yang lain untuk hubungan dan pemahamam yang lebih dekat antara kedua negara.
Pada tahun 2008, Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan dengan menandatangani Strategic Partnership Joint Declaration (Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis) yang memiliki arti penting untuk meningkatkan hubungan kedua negara yang telah lama terjalin menuju ke tingkat yang baru.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada tahun 1910, Kesatuan Afrika Selatan didirikan dari empat daerah yaitu Cape, Natal, Transvaal dan Free State. Kesatuan ini adalah lebih kepada kesatuan kaum kulit putih dari segi hak dan kuasa politik. Manakala, penduduk kulit hitam dikesampingkan. Akibatnya, kaum kulit hitam menentang kesatuan ini. Walaupun terdapat penentangan yang hebat terhadap kerajaan berbentuk perkauman, Akta Tanah Pribumi (Natives Land Act) digubal pada tahun 1913. Akta ini menetapkan kawasan-kawasan penempatan yang dipanggil "homeland" yang dapat diduduki oleh kaum kulit hitam. Penempatan ini hanya merangkumi 13% kawasan di seluruh Afrika Selatan. Selain itu, lebih banyak akta diskriminasi digubal, seperti pemberian kerja yang memihak kepada kaum kulit putih. Pada 1930 an, diskriminasi perkauman menjadi semakin teruk akibat kebangkitan semangat nasionalisme di kalangan bangsa Afrikaner.
Gabungan ini berhasil menyatukan suku Afrikaner dan Inggris. Namun, perkongsian kuasa ini berakhir pada 1939 sewaktu Perang Dunia II meletus. Perpecahan ini berlaku kerana kesatuan tersebut menyokong pihak Inggris, manakala suku berhaluan kanan Partai Kebangsaan, bersimpati pula dengan regim Nazi di Jerman.
Nelson Mandela tidak pernah lelah memperjuangkan demokrasi dan persamaan hak. Hidupnya telah menjadi inspirasi di Afrika Selatan dan seluruh dunia. Semua berawal dari mimpi Mandela dimana dia akan menciptakan kebebasan bagi orang-orang kulit hitam yang menderita akibat kekejaman politik apartheid. Politik apartheid dicanangkan oleh Partai Nasional yang saat itu berkuasa mulai 1984. Tapi mereka pula yang meruntuhkannya setelah mendapat desakan dari dunia internasional. Dan, yang terutama atas desakan dari bawah, para pejuang yang dimotori Mandela.Dan usahanya bertahun-tahun itu berhasil.




DAFTAR PUSTAKA
Marquard, Leo. 1968. A Short History of South Africa. New York: Frederick A. Praeger (Pusat: 968 MAR s).
Rivkin, Arnold. 1969. Nation Building in Africa: Problems & Prospect. New Jersey: Rutgers University Press (Pusat: 960 RIV n).
Soepartignyo. 1993. Sejarah Afrika: Tinjauan Umum dan Dilema Perjuangan. Malang: OPF IKIP Malang.


0 comments:

Post a Comment