Tim Pawai Kebudayaan Pendidikan Sejarah

Atas : Loppias, Yudi, Roy, Adit, Suryo, Brurry | Bawah : Ade, Nova, Dimas, Ignatius, Cahyo, Yoshi

widget

27 May 2013

Reformasi 1998: Dimana Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat Indonesia Saat Ini?

“Maju Tak Gentar, Membela yang Benar............Maju Serentak Mengusir Penyerang.........” “Kata- kata diatas yang menginatkan saya kembali pada peringatan Reformasi tahun 1998, tidak gentarnya mereka berhadapan dengan sekelompok orang senjata lengkap ditangan, bom Molotov di badan. Sedikit pun tak membuat mereka gentar untuk menantang maut demi keutuhan ibu pertiwi, walau mereka- mereka ini harus dituduh sebagai Komunis dan musuh besar Negara.” 15 tahun Reformasi tahun 1998 telah bergulir. 15 tahun sudah masyarakat Indonesia telah keluar dari rezim pemerintahan yang dzalim, yaitu pemerintahan Orde Baru. Namun apa makna peringatan Reformasi 1998 bagi segelintir masyarakat Indonesia. Apakah akan dimaknai sebagai sebuah awal terbukanya transformasi sistem demokrasi di Indonesia, ataukah sebaliknya pemerintah yang saat ini tak lebihnya sebagai pencundang- pencundang di balik demokrasi. Menamakan demokrasi demi kepentingan perut mereka masing- masing. Pada realitanya saat ini kondisi yang dialami Indonesia semakin kacau, Korupsi semakin merajalela dimana- mana. Rakyat semakin tidak mendapatkan keadilan dan pertarungan Partai- partai politik demi kepentingan golongannya masing- masing masih terus meneriakan kebohongannya di depan masyarakat Indonesia. Namun dari itu semua masih banyak kelompok- kelompok mahasiswa yang belum lelah sampai saat ini dengan berbagai macam lagu perjuangannya tak gentar sedikit pun menghadapi pemerintah yang dzalim terhadap rakyat Indonesia. Beberapa hari yang lalu tanggal 20 Mei 2013. Ketika kita kembali mengulang sejarah pada tanggal ini terjadi kerusuhan yang mengakibatkan beberapa mahasiswa Trisakti Jakarta meregang nyawa akibat kejahatan pemerintah sendiri yang menganggap mahasiswa sebagai musuh negara. Sehari sesudahnya tanggal 21 Mei 2013 menjadi tonggak sejarah yang teramat penting dimana pada hari ini 15 tahun yang lalu. Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia setelah mahasiswa berhasil merangsek masuk menduduki gedung DPR/MPR yang kemudian memaksa Soeharto harus melepaskan jabatannya sebagai Presiden RI. Beberapa hari kemudian masih di tahun yang sama, setelah Habibie diangkat menjadi Presiden RI, arus demonstrasi dari mahasiswa kian meningkat. Hal ini tentunya menolak Habibie yang dianggap sama saja seperti Soeharto sebagai raja KKN. Mahasiswa menolak hasil Pemilu tahun 1997 yang dianggap cacat hukum karena terjadi penyelewengan di dalam Pemilu tersebut. Kemudian tuntutan mahasiswa untuk mengusut tuntas kasus KKN yang ikut melibatkan Soeharto beserta para kroni- kroninya, namun setelah beberapa bulan Habibie berkuasa beliau juga tidak mengusut tuntas kasus ini atau bahkan seolah- olah menutup mata untuk melakukan perbaikan struktural di dalam pemerintahan maupun situasional dalam kondisi masyarakat Indonesia. Reformasi Pasca Orde Baru Dengan berbagai arus demonstrasi yang kemudian berbuntut kerusuhan dari bulan Mei hingga menjelang akhir tahun 1998, pemerintah seolah- olah tak bergeming dari setiap tuntutan yang selalu dilontarkan oleh mahasiswa. Belum adanya keterbukaan, keadilan bahkan kekerasan yang masih sering terjadi pada setiap demonstrasi mahasiswa menuntut segera diberlakukannya Reformasi di Indonesia menjadi salah satu bukti ketidaksiapan pemerintahan pada saat itu untuk memperbaiki tahap demi tahap kondisi negara yang mengalami kekacauan. Turunnya Soeharto sendiri dari pemerintahan tidak memberikan dampak yang semakin baik dalam pemerintahan Habibie, yang sepanjang masa pemerintahannya terus dihujani oleh kerusuhan dan masa demonstrasi hingga akhir tahun 1998. Lalu bagaimana dengan tuntutan Reformasi yang selama ini dikumandangkan mahasiswa. Bahwa sesudah Soeharto turun keterbukaan, perbaikan supermasi hukum serta keterlibatan masyarakat dalam menentukan langkah politik bangsanya masih saja terus dikekang dan diperhadapkan pada keganasan ABRI yang pada saat itu ternyata masih sewenang- wenang pada demonstrasi damai yang dilakukan oleh mahasiswa. Ini menjelaskan bahwa Reformasi adalah sebuah tuntutan yang sebenarnya masih terlalu utopis untuk diterapkan dan dilakukan pada pemerintahan Indonesia. Mahasiswa menuntut diadakannya KRI (Komite Rakyat Indonesia) di dalam parlemen, serta menuntut ketuntasan kasus KKN yang melibatkan Soeharto serta mencabut dwifungsi ABRI di dalam pemerintahan merupakan bagian- bagian dari tuntutan semu dari mahasiswa yang pada nyatanya ketika melihat kondisi Indonesia saat ini masih saja semuanya itu hanya dianggap sebagai angin lalu di dalam pemerintahan SBY- Boediono. Akibatnya Indonesia kini hanya terpasung pada slogan- slogan demokrasi yang sesungguhnya tidak ada demokratisasi baik di dalam Reformasi maupun bagi rakyat Indonesia. Kini yang ada hanya kepentingan- kepentingan individu yang lapar demi merauk kekayaan bagi pribadinya masing- masing. Salah satunya dari dampak kemunculan berbagai macam partai yang katanya membawa aspirasi bagi rakyat namun semuanya ternyata bohong besar, kepentingan golongan yang diutamakan untuk mendapatkan kursi dipemerintahan kemudian setelah itu lupa terhadap rakyat yang telah mendukung serta memilihnya. Reformasi Pada Saat Ini Tak banyak perubahan yang dapat diharapkan dari keberadaan Reformasi saat ini. Bahkan dapat dilihat kebobrokan dan kekacauan semakin menjadi pada masa pemerintahan SBY- Boediono, namun pengaruh romantisme pemerintah semakin meninabobokan rakyat Indonesia untuk tidak peduli terhadap pemerintahan dan keberlangsungan bangsanya kelak. Slogan- slogan yang selalu mengatakan bahwa ada dampak dari Reformasi tahun 1998 mungkin hanya sekedar omong kosong. Justru kondisi yang terjadi pada saat ini memunculkan ancaman dan tanda tanya baru bagi pemerintah, “apakah benar masyarakatku sudah bosan, sudah jenuh terhadap pemerintahanku saat ini?”seharusnya itu yang ditanyakan SBY- Boediono pada masyarakatnya mengapa semakin pragmatis dalam menghadapi pemerintahannya saat ini. Jika berkaca dengan apa yang terjadi pada saat ini, mungkin bisa lebih kacau karena pergerakan- pergerakan mahasiswa yang mengatasnamakan rakyat Indonesia saat ini di dalam mengkritik dan bersuara bagi pemerintah Indonesia sudah semakin menurun. Walaupun ada berbagai elemen yang masih menggerakan massanya untuk turun ke jalan namun semua itu hanya akan berakhir di jalan tanpa ada tindak lanjut ataupun tanggapan dari pemerintah. Berarti demokrasi yang masih belum berjalan, walaupun kini masyarakat bebas bersuara menghina para pemimpin- pemimpinnya. Namun semua itu hanya dianggap angin lalu dan tidak ada respon yang berarti oleh pemerintah terhadap kritikan maupun masukan yang dilontarkan oleh mahasiswa serta masyarakat Indonesia. Kemudian berbagai permasalahan saat ini seperti penuntasan masalah Lumpur Lapindo, Korupsi yang ada di tubuh Partai Demokrat dan masalah penuntasan kasus pelanggaran HAM tahun 1998 menjadi segelintir permasalahan yang selalu disuarakan oleh masyarakat Indonesia namun hingga saat ini tidak pernah ada tanggapan oleh pemerintah untuk serius menyelesaikan permasalahan- permasalahan ini. Lalu penuntasan masalah kemiskinan di Indonesia menjadi salah satu bukti ketidaksiapan pemerintah dalam menjalankan amanahnya sebagai pemimpin. Hampir sebagian penduduk Indonesia dari perubahan transisi masa Orde Baru hingga saat ini masih berada di bawah garis kemiskinan. Pemerintah dianggap lamban dalam menyelesaikan masalah kesejahteraan rakyat ini, bahkan hampir sebagian kucuran dana untuk masyarakat seperti pajak maupun import daging sapi saja di Korupsi oleh para elit- elit politik yang berkuasa di parlemen. Hal ini kemudian menimbulkan sebuah permasalahan baru atas hutang Indonesia pada luar negeri yang belum dapat terlunasi setelah berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru. Kegagalan demi kegagalan dari pelaksanaan Reformasi masih memberikan dampak yang baik bagi Indonesia. Adanya kebebasan Pers, otonomi di masing- masing daerah dan munculnya berbagai macam partai politik di pemerintahan Indonesia saat ini membuktikan sebagian keinginan dari Reformasi telah dapat tercapai. Walaupun demikian Indonesia harus banyak berbenah. Tinggalkan kepentingan golongan dan mulai memikirkan kepentingan rakyat Indonesia. Semestinya pemerintah SBY-Boediono dapat berkaca pada sejarah yang sudah ada, bukannya kini malah menutup mata dari setiap peristiwa yang sudah tergoreskan dalam ingatan sejarah. Jangan jadikan perjuangan para mahasiswa menjadi sia- sia karena keegoisan pemerintah semata, cita- cita Reformasi memang sudah gagal terlaksana namun apa yang diharapkan oleh Indonesia terkait Demokrasi dan Kesejahteraan rakyat harus tetap diperjuangkan. (A.R.)

7 May 2013

Kita adalah juara!!!



Turnament futsal cewek yang diadakan oleh DPMU Unineversitas Sanata Dharma pada tahun 20013 memang banyak menyedot perhatian dari semua kalangan. Turnament futsal untuk dikalangan mahasiswa Sanata Dharma sebenarnya sudah sangat tidak asing, kegiatan seperti ini memang sering diadakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Turnament futsal yang diadakan oleh DPMU USD memang sangat istimewa karena mempertandingkan futsal cewek antar Prgogram Studi yang ada di Universitas Sanata Dharma. Turnament futsal cewek yang diadakan DPMU hampir semua Prodi mengikuti walaupun beberapa prodi tidak ikut ambil bagian dalam turnament ini. Prodi Pendidikan Sejarah adalah salah satu Prodi yang ikut ambil bagian dalam turnamnet DPMU CUP. Prodi Pendidikan Sejarah adalah Prodi yang tidak pernah absen dalam turnament-turnament yang ada di Universitas Sanata Dharma.
Pertandingan pertama untuk Pendidikan Sejarah pada hari kamis tanggal 2 mei 20013 melawan Prodi BK. Pada pertandingan pertama Pendidikan Sejarah mendapatkan kemenangan tipis atas BK, kemenangan ini berkat sumbangan gol dari Lea yang bersusah payah untuk mencetak gol. Kemenangan atas BK telah menghantar Pendidikan Sejarah melaju ke babak semi final melawan Prodi Pendidikan Biologi. Dalam turnament kali ini pendidikan Sejarah diperkuat oleh pemain-pemain yang sangat bagus dan kualitasnya tidak jauh dengan pemain futsal cowok. Walaupun pemain banyak didominasi oleh pemian angkatan 2012 tetapi permainan sangat bagus dan terlihat sangat kompak. Khusnu, Desi, Tiara, Olive, Hetty, Grace, Detta, Lea, ini adalah pemein-pemain yang dengan penuh perjuangan mengharumkan Pendidikan Sejarah dan dengan pelatih Eric Suganda.
Kemenangan pertama melawan BK telah menghantar Pendidikan Sejarah melangkah ke babak semi final melawan Pendidikan Biologi. Kemenangan ini tak bisa lepas dari dukungan suporter yang tiada henti selama pertandingan bernyayi untuk mendukung Pendidikan Sejarah. Dalam pertandingan semi final melawan pemdidikan Biololgi Yang dilaksanakan pada hari jumat 3 Mei 2013, Pndidikan Sejarahjuga meraih kemengan yang kedua kalinya dengan skor yang sangat fantastis yaitu 3-1. Gol kemenangan Pnedidikan Sejarah dicetak oleh Lea yang menyumbang 2 gol dan hetty menyumbang 1 gol. Kemenangan Pedidikan Sejarah melawan Pendidikan Biologi telah membawa Pendidikan Sejarah melaju ke babak final melawan Pendidikan Akutansi. Pendidikan Akutansi yang telah mengalahkan Pendidikan Fisika melaju ke final dan langsung berhadapan dengan Pendidikan Sejarah yang terlebih dahulu melaju ke final setelah mengalahkan Pendidikan Biologi.
Dalam pertandingan final yang dilaksanakan pada hari selasa 7 mei 2013 berlangsung sangat seru dan kedua tim saling menyerang untuk mencoba mencetak gol. Keramaian pertandinag final tidak hanya terjadi didalam lapangan, tetapi juga terjadi diluar lapangan. Suporter yang dtang jauh-jauh dari kampus mrican telah menambah keramian dalam pertandingan final DPMU CUP kali ini. Kedua suporter dari Pendidikan Sejarah yang mengerahkan semua mahasiswanya telah membuat keamanan bekerja ekstra keras guna menganmankan pertandingan final fursal cewek DPMU CUP. Dari pihak Pendidikan Akutansi juga tidak mau kalah dengan keramaian dan kekompakan yang dibuat oleh suporter Pendidikan Sejarah. Pendidikan Akutansi juga mengerahkan mahasiswa Pendidikan Akutansi utnuk mendudkung tim kebanggaanya. Untu suporter Pendidikan Sejarah mulai dari pertama turnament dimulai memang menjadi suporter yang paling ramai dan paling kompak dibandingkan dengan Prodi yang  lain.
Pertandingan final futsal cewek dimulai pada puku 19.00, dalam pertandingan final ini memnag telah banyak menyita perhatian dari kalangan mahasiswa USD. Babak pertama pertandingan masih berjalan kurang meriah, mungkin karena kedua tim masih belum menemukan irama permainan dan pertandingan babak pertama dititip dengan skor kaca mata atau 0-0. Waktu jeda yang sebentar sngat dimanfaatkan oleh tim PnedidikanSejarah untuk mengatur strategi guna menhancurkan pertahanan Pendidikan Akutansi yang cukup kuat. Lea yang dipasang didepan belum juga mampu menjebol pertahanan PAK, walaupaun dibantu oleh Olive, Desi, Tiara yang selalu menyuplai bola dari belakang. Saliang serang sering terjadi antara Pendidikan Sejarah dengan PAK walaupun kedua tim belum mampu menghasilkan gol sampai akhir babak kedua.
Hasil kaca mata sampai akhir babak kedua memang sangat mengecewakan untuk kedua tim. Sesuai dengan peraturan yang dubuat oleh panitia apabila terjadi skor seri maka dilanjutkan dengan adu tendangan penalti. Dalam adu tendangan penalti suasana lapangan futsal kampus paingan menjadi hening, penonton sesaat diam menyaksikan tendangan penalti untuk menentukan pemenang. Tendangan pertama dilakukan oleh PAK, tendangan pertama PAK berhasil ditahan oleh Khusnuk kiper dari PendidikanSejarah. Tendangan selamjutnya dilanjutkan dengan Pendidikan Sejarah yang dumulai oleh Desi sebagai penendang pertama. Tendangan pertama yang dilakukan oleh Desi tidak menghasilkan gol karena bola melesat jauh dari gawang. Tendangan selanjutnya dilakukan oleh PAK dan langsung dilanjutkan oleh Pendidikan Sejarah. Dari tendangan kedua PAK mereka berhasil mencetak gol sedangkan untuk Pendidikan Sejarah bola berhasi ditangkap oleh kiper dari PAK. Untuk kedua kalinya Pendidikan Sejarah harus kehilangan gol ditendangan kedua yang dilakukan oleh Oive. Untuk tendangan penentuan dpenendang terakir diawali oleh PAK. Dalam tendangan terakir PAK berhasil memasukan bola dan secara otomatis membawa PAK mejadi juara DPMU CUP dan Pendidikan Sejarah hanya mampu memperoleh juara dua.
Pendidikan Sejarah memang mendapat hasil yang kurang memuaskan dalam pertandingan final, namum semangat suporter yang diluar mampu menjadi penyemangat bagi para pemain yang merasa sngat kecewa atas kekalahannya. Suporter dari Pendidikan Sejarah tiada henti bernyanyi untuk mendukung teman-teman yang ada ditengah lapanga walaupun harus mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. “kita dipertandingan ini walau kalah tetapi saya merasa puas karena permainan kita sangat bagus” itulah kata-kata yang dikeluarkan oleh Olive untuk menyemangati teman-temannya supaya melupakan kekalahan. Walaupun Pendidikan Sejarah mengalami kekalahan namun semangat kalian di dalam dan di luara lapangan sudah sangat mencerminkan seorang juara sejati. “Juara bukan dibuktikan dengan kemenangan, tetapi juara dibuktikan dengan kerja keras kita tiada henti sampai titik penghabisan”.
“kalah menang gak peduli yang penting damai dihati”

FORZA HISTORYA”
HISTORY EDUCATION EST-1955

Penulis : Ignatius Yuliyanto Putro
Mahasiswa Pendidikan Sejarah 2011

4 May 2013

Serikat Buruh Belum Berhenti Sampai Disini


“Perjuangan dan Kesejahteraan Buruh Menjadi Kepedulian Kita Bersama”




“Seperti aliran air yang terus mengalir tanpa henti”, begitulah yang dapat diartikan dalam perkembangan gerakan Serikat Buruh di Indonesia yang terus bergerak dari tahun ke tahunnya dengan menyuarakan satu tuntutan kepada pemerintah Indonesia, yaitu kesejahteraan sosial bagi kelompok dan kaum buruh. Namun pemerintah seolah tutup mata ketika setiap tahun buruh atau para kaum pekerja turun ke jalan hanya semata- mata untuk memperjuangkan tuntutan tersebut kepada pemerintah. Apa yang kemudian menjadi titik berat bagi pemerintah untuk melayakkan upah buruh dan hapus segala bentuk eksploitasi pemerintah terhadap para kaum buruh? Atau sistem demokrasi di Indonesia ini hanya menjadi sebuah slogan- slogan sampah yang kemudian ditorehkan pemerintah untuk tetap menjalankan amanahnya sebagai pemimpin Negara yang semakin menindas para buruh maupun kaum pekerja?

            Jika memang sistem Demokrasi di negara Indonesia ini  hanya digunakan sebagai tameng untuk melindungi pemerintah dari bopeng kemunafikannya, mungkin ada baiknya ketika pemerintah segera turun langsung dari jabatannya dan menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada serikat pekerja maupun masyarakat Indonesia, karena di nilai pemerintah telah gagal menjalankan amanahnya sebagai pemimpin negara yang mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya termasuk para kaum buruh. Ada hal yang menarik kemudian yang seolah- olah tertorehkan dari wacana ini, pertama tentang perjuangan kaum buruh yang ternyata sudah di mulai pada masa pergerakan nasional. Di tahun 1912 pergerakan kaum buruh tersebut mulai memunculkan gaungnya, dengan munculnya golongan- golongan Marxis yang diawali pada penyemaian benih- benih Komunisme oleh tokoh ISDV (Indhiche Sosial- Democratiche Vereninging) Henk Joseph Sneevlit yang masuk pada organisasi Sarekat Islam sebagai tujuan untuk melakukan aksi perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Pada saat itu Semarang menjadi salah satu kota dimulainya perlawanan serikat buruh serta pekerja terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Dengan didukung keberadaan  organisasi Sarekat Islam Merah yang dipimpin oleh Semaoen membuat golongan- golongan pekerja/buruh semakin mudah diorganisir untuk mendapatkan kesejahteraan haknya sebagai manusia maupun pekerja bagi golongan Kapitalisme maupun pemerintah kolonial Belanda saat itu.

Pada bulan Desember 1917 golongan buruh diorganisasikan agar lebih militan dalam mengadakan pemogokan terhadap perusahaan- perusahaan yang bertindak sewenang- wenang. Akibat aksi- aksi ini kemudian ada salah satu perusahaan mebel yang memecat lima belas orang buruhnya. Dari pemecatan 15 orang buruh inilah kemudian timbul reaksi dari tampung pimpinan SI Merah Semaoen dan Kadarisman untuk memproklamirkan pemogokan menuntut tiga hal, pertama  pengurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam, kedua selama mogok gaji tetap dibayarkan penuh, ketiga buruh yang dipecat, diberi uang pesangon tiga bulan gaji. Mengkaji aspek sejarah dari pergerakan kaum buruh ternyata tidak hanya berkembang dan terjadi pada saat ini melainkan bermula munculnya penindasan di Indonesia dan liberalisasi perdagangan oleh pihak swasta di tahun 1870.  Menjadi salah satu akar pemicu mengapa buruh hingga sampai pada saat ini masih tetap memperjuangkan tuntutannya soal kesejahteraan dan menolak eksploitasi berlebihan dari golongan- golongan Kapitalis swasta. Hal ini hanya menjadi sebuah gambaran sekilas tentang bagaimana gigihnya perjuangan para kaum pekerja/buruh untuk mendapatkan seluruh hak dan tuntutannya sebagai seorang manusia.

Kedua, menjadi sebuah ketertarikan pada gerakan serikat buruh pada saat ini adalah keinginan untuk membentuk perserikatan- perserikatan buruh untuk melawan pihak swasta menjadi sebuah ciri khas yang sangat berbeda oleh perjuangan- perjuangan buruh pada masa lalu, yang hanya dipelopori oleh golongan- golongan kaum Marxis yang kemudian juga memiliki pengaruh kepentingan politik dalam mengembangkan ideologi Komunis. Sehingga menjadi cikal bakal terbentuk PKI sebagai Partai Politik pada masa pemerintahan Orde Lama. Namun dari itu semua kaum- kaum buruh/pekerja saat ini berusaha untuk melakukan sebuah gerakan yang independent tanpa mendapatkan pengaruh politik dari setiap ormas maupun golongan partai apapun. Walaupun terkadang tidak akan memungkiri banyak bermunculan golongan- golongan Partai yang berafiliasi dengan buruh seperti Partai Rakyat Demokrasi (PRD) maupun organisasi- organisasi mahasiswa yang bersinggungan langsung dengan urusan- urusan buruh/serikat pekerja. Tetapi keberanian buruh untuk membentuk organisasi- organisasi buruh Independent seperti SBI (Serikat Buruh Indonesia), ABJ (Aliansi Buruh Jogjakarta), maupun KASBI (Kesatuan Aksi Serikat Buruh Indonesia) menjadi bukti bahwa buruh sudah mampu bersuara sendiri tanpa ada pengaruh- pengaruh dari golongan politik maupun partai tertentu.

Pembuktian bahwa serikat pekerja/buruh masih tetap bergerak hingga sampai saat ini dibuktikan dengan masih antusiasnya buruh- buruh yang ikut dalam aksi turun ke jalan dalam peringatan May Day (Hari Buruh Internasional) yang jatuh pada hari Rabu (1/5/2013). Di beberapa kota besar di Indonesia penjagaan keamanan sudah mulai diperketat untuk mengantisipasi gerakan buruh yang berdemonstrasi disepanjang jalan- jalan protokol di beberapa kota- kota besar di Indonesia. Seperti yang terjadi di Jakarta tepatnya di wilayah Pulogadung, Jakarta Timur. Para buruh yang berasal dari 373 perusahaan di kawasan industria Pulogadung melakukan konvoi secara beramai- ramai di dalam kawasan yang dikelola oleh PT JIEP (Jakarta Industries Estate Pulogadung) sejak pukul 08.00 WIB. Di dalam aksi tersebut para buruh ikut juga melibatkan berbagai organisasi buruh untuk ikut dalam aksi memperingati May Day tersebut, seperti KSPSI (Konferensi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia), FSPOI (Federasi Serikat Pekerja Otomotif Indonesia) dll. Di dalam aksi yang dimulai dari titik awal di kawasan industri Pulogadung kemudian melanjutkan konvoi hingga menuju wilayah Bundaran HI berkumpul juga dengan serikat buruh lainnya yang melakukan aksi di sekitaran Bundaran HI. Selain aksi buruh yang terjadi di Jakarta, hal serupa juga terjadi pada aksi gerakan buruh untuk memperingati May Day di kota Purwakarta. Sejak pagi hari aparat keamanan sudah berjaga- jaga di depan pintu gerbang tol Cikampek untuk mengantisipasi konvoi besar- besaran oleh para buruh yang beramai- ramai menggunakan bus. Ada 30 bus yang diberhentikan oleh petugas di depan gerbang tol Cikampek yang mengangkut hampir 1500 massa buruh di dalamnya.

Demikian menjadi bentuk realita yang dapat terlihat bahwa dari dulu, sekarang sampai saat nanti perjuangan kaum buruh dan serikat pekerja tidak akan berhenti begitu saja. Keberlanjutan untuk memperoleh keadilan serta kesejahteraan dari sebuah negara yang dikatakan menjunjung tinggi nilai- nilai Demokrasi ternyata masih menciptakan sesuatu euforia yang gagal pada pemerintahan SBY- Boediono untuk menyejahterakan masyarakat terutama bagi kaum pekerja/buruh. Sehingga statement yang selalu dieluk- elukan oleh beberapa organisasi buruh ketika melakukan aksi unjuk rasa bukanlah semata- mata slogan yang digunakan sebagai bentuk gertakan kepada pemerintah, melainkan sebuah fakta yang belum ditemukan langkah penyelesaiannya pada saat ini oleh pemerintah. “Keberpihakan Pemerintah Pada Pengelola- Pengelola Perusahaan Swasta Inilah yang Akhirnya Membuat Pemerintah Hanya Menjadi Boneka Dari Golongan- golongan Kapitalis Untuk Semakin Menindas Golongan Pekerja, Semestinya Pemerintah Memiliki Ketegasan Untuk Menolak Segala Bentuk Kapitalisasi kepada Golongan Pekerja/Buruh, Sehingga Tidaklah Mungkin Ketika Pemerintah Mampu Mengambil Segala Keputusan Untuk Melawan Kapitalisme Swasta, Kesejahteraan, Hak Serta Keadilan bagi Serikat Buruh Akan Tercapai”. (A.R.)

Penulis: Angga Riyon Nugroho
Mahasiswa Pendidikan Sejarah USD 2009

Sumber: Hok, Soe Gie.2005.Di Bawah Lentera Merah.Bentang Pustaka. Yogyakarta
Okezone.com”Puluhan Bus Angkut Buruh Tertahan Selama 3 Jam di Pintu Tol Cikampek” diunduh tanggal 1 Mei 2013
Okezone.com “Ribuan Buruh Konvoi Mengelelingi Kawasan Industri Pulogadung” diunduh tanggal 1 Mei 2013